Saturday , 27 May 2023

Pengungsi Mali Terima Bantuan Ramadhan dari ACT

  • 10 May, 2019  13:06:13 

  • BAMAKO – Tepat di hari pertama Ramadan, Senin (6/5), ratusan pengungsi internal berkumpul di dekat kamp Faladie, Kota Bamako, Mali, Afrika Barat. Seratus kepala keluarga bersiap menerima paket pangan dan paket sanitasi yang diantarkan oleh Aksi Cepat Tanggap (ACT). Pendistribusian bingkisan di awal Ramadan ini merupakan hasil kolaborasi kemanusiaan antara ACT dan Kitabisa.com.

    Senin sore itu, suasana nampak riuh seiring datangnya bantuan pangan dan sanitasi. Satu per satu warga yang telah hadir langsung menerima dua beberapa paket bantuan dan membopongnya ke hunian mereka.

    “Jadi kemarin bantuan yang kami berikan di antaranya ada beras, gula, pasta gigi, sabun mandi, sabun cuci, klorin, kelambu. Itu semua kita cukupkan untuk 100 kepala keluarga setiap paketnya,” ungkap Andi Noor Faradiba dari Tim Global Humanity Response (GHR) – ACT, Kamis (9/5).

    Baca juga :  Pemerintah Pastikan Keamanan Makanan untuk Jemaah Haji yang Sakit

    Faradiba menambahkan, para pengungsi internal di Kamp Faladie amat berterima kasih kepada masyarakat Indonesia yang sudah menyalurkan bantuan kepada mereka, terutama di bulan Ramadan ini.

    “Jarang sekali mereka mendapatkan bantuan dari negara Indonesia. Bantuan ini juga sangat bermanfaat karena mereka kesulitan mendapatkan pasokan makanan di bulan Ramadan. Sekarang mereka dapat istirahat tenang tanpa khawatir berpikir akan makan apa untuk sahur,” kata Faradiba.

    Bantuan di Kamp Faladie ini adalah fase pertama dari rangkaian bantuan kemanusiaan untuk Mali. Ke depannya ACT dan kitabisa.com akan mengadakan distribusi pangan fase kedua. Pendistribusian itu akan dilaksanakan di kamp yang ada di daerah dekat-dekat Kota Mopti, daerah di mana konflik sering terjadi Mali.

    Baca juga :  Yuli, Pejuang Suara Rakyat yang Wafat Setelah Bertugas

    Berdasarkan laporan relawan ACT yang berada di Mali, hingga saat ini para pengungsi internal masih berusaha menghindari daerah Mali tengah, khususnya Kota Mopti. Mereka umumnya bergerak menuju Mali bagian selatan. Kota Bamako menjadi salah satu tujuan utama para pengungsi internal ini.

    Mopti memang sering menjadi daerah rawan konflik karena maraknya benturan antarkomunitas di sana. Reuters pada 4 Mei 2019 menurunkan laporan sedikitnya 18 orang meninggal dalam serangan yang terjadi di Mali Tengah pada sepanjang pekan pertama bulan Mei. Penyerangan satu minggu tersebut adalah kelanjutan perang antar komunitas yang pecah 23 Maret 2019 lalu di Mali, di mana konflik ini menewaskan 157 orang penduduk Muslim suku Fulani.

    Baca juga :  Mathla’ul Anwar Perkuat Perannya di Era Modern

    Selain korban jiwa, konflik internal juga berdampak pada aspek-aspek lain di sana. Data dari UNICEF menyebutkan, di daerah Bankass, salah satu pedesaan di Mopti yang ikut berkonflik pada 23 Maret 2019 lalu, setidaknya 46 korban jiwa adalah anak-anak. Konsekuensi dari kejadian ini, akhir Maret lalu, 525 dari 866 sekolah ditutup di daerah Mopti karena situasi yang sedemikian tegang. [] Penulis: Reza Mardhani

    Loading

    Leave a Reply

    Your email address will not be published.

    Social media & sharing icons powered by UltimatelySocial