Saturday , 27 May 2023

JANGAN BUAT ALLAH CEMBURU

  • 05 May, 2021  11:32:35 


  • Oleh Agus Nurcholis Saleh

    Penulis adalah Dosen di Universitas Mathla’ul Anwar, Program Studi Hukum Keluarga Islam

    KUNCI mendapatkan malam kepastian (lail al-Qadr) itu sangat sederhana. Lail al-Qadr is the most wanted of night. Eh, itu pun bagi yang faham saja. Terlalu banyak umat manusia dunia yang tidak paham dengan kemampuannya, termasuk jatahnya mendapatkan keistimewaan lail al-Qadr.

    Hanya sekedar informasi saja, “Malam qadar adalah malam diturunkannya Al-Qur’an. Malam itu adalah malam kemuliaan. Malam itu lebih baik daripada seribu bulan. Pada malam itu turun para malaikat dan Ruh (Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur semua urusan. Sejahteralah (malam itu) sampai terbit fajar.”

    Malam itu posisinya di bulan Ramadlan. Banyak orang mencari-cari informasi, disebabkan tidak banyak orang yang siap standby selama di 30 malam Ramadlan. Ada orang yang ingin lebih rinci. Katanya untuk efektivitas dan efisiensi. Kalau bisa diketahui malam itu secara pasti, maka konsentrasi hanya untuk malam itu saja.

    Begitulah manusia. Hanya akan berbuat jika ada maunya, bukan atas sebab butuhnya. Manusia sendiri masih rancu dalam needs atau wants. Dalam estimasi manusia, jika sudah mendapatkan malam qadar, maka ada jaminan dalam seribu dibagi dua belas, maka di angka itulah manusia ‘boleh leha-leha’.

    Manusia hanya mampu menciptakan lagu, “Mau makan ingat kamu, mau mandi ingat kamu, mau bobo ingat kamu.” tapi tak mau melaksanakan isi lagunya. Manusia jarang sedia mengganti huruf ‘k’ pada kata ‘kamu’ dengan ‘k’ besar. Artinya, ‘kamu’ di situ jangan terbatas pada hal yang bersifat duniawi saja, tapi Dia-lah Yang Maha Besar.

    Baca juga :  Berawal dari Rp. 400.000 menjadi sesuatu

    Allah telah memperingatkan, silahkan manusia mencoba-coba menghitung berapa nikmat yang telah diterimanya. Tapi untuk kebutuhan dirinya, kenapa manusia masih perhitungan juga? Padahal, jika benar-benar dihitung, posisi manusia berada di saldo minus. Terlalu banyak nikmat yang belum dibahagiakan oleh manusia.

    Bulan Ramadlan adalah bulan bahagia. Secara tega, manusia mengubahnya menjadi bulan segala alasan. Ada banyak alasan dikemukakan, sehingga jam kerja dikurangi. Sebaliknya, jam leha-leha jadi bertambah. Belum lagi dengan alasan bangun malam. Padahal hanya untuk makan.

    Ada siang dijadikan malam. Siangpun berganti menjadi malam.
    Bulan Ramadlan adalah bulan keistimewaan. Tapi manusia jarang sekali yang membuatnya istimewa. Malam-malam hanya diisi dengan sampah kembang api. Beberapa kali diselingi dengan bunyi petasan dan teman-temannya.

    Dari masjid hanya terdengar suara Alquran. Tapi Alquran hanya disuka dalam bacaan, bukan mewujud dalam kehidupan.

    Andai malaikat memiliki kemurkaan, sudah habis manusia dimusnahkan. Pasti betapa kecewanya melihat manusia berkehidupan.

    Terlalu banyak nikmat Allah yang disia-siakan. Terlalu banyak kasih Allah yang lewat begitu saja. Terlalu banyak pertolongan Allah yang terbuang percuma. Manusia mengacuhkan ‘tangan’ Allah untuk ketidakjelasan tangannya.

    Baca juga :  Kitab Al-Jawaiz Fi Ahkami Al-Janaiz Karya KH. Mas Abdurrahman

    Manusia sangat tak mau tahu bahwa bisa itu dibisakan, bahwa mampu itu dimampukan, bahwa kuat itu dikuatkan, bahwa kaya itu dikayakan, bahwa pintar itu dipintarkan, bahwa tenang itu diberi ketenangan. Kenapa sulit sekali menyadari? Padahal Allah selalu mengontak manusia. Setidaknya, rasakanlah detak tubuhnya melalui urat nadi.

    Setiap otot itu berdetak, sambutlah dengan Maha Suci Allah (subhanallah), sebutlah Allah untuk berterima kasih (alhamdulillah), sadarilah Allah sebagai Yang Maha Besar (Allah akbar), bahwa manusia itu kecil, lemah, banyak keterbatasan, maka ikrarkan dengan seyakin-yakinnya kepada Yang Maha Gagah Perkasa (la ilaaha illa Allah).

    Jika tidak mampu dalam setiap detik berdetak, sebutlah Dia dalam waktu-waktu shalat. Jika masih tidak mampu, ingatlah Dia di pagi dan sore. Jika masih tidak, buatlah laporan semalam sekali, sebelum manusia dimatikan untuk diberi rehat mengistirahatkan anggota badan. Jika masih tidak, wajarlah jika Allah mengunci hati dan lantas mematikan.

    Nyatanya, malam qadar pun tak banyak manusia yang standby menjemputnya. Bagi yang memilih kesibukan dunia, maka dunialah sebagai tameng hidupnya. Alasan kebutuhan adalah alasan ketidakmampuan. Manusia tidak mampu memetakan, mana yang dibutuhkan pikiran, maka yang dibutuhkan perasaan, dan mana yang dibutuhkan oleh anggota badan.

    Baca juga :  Keutamaan Tadarus Al Quran di Bulan Ramadan

    Setelah memiliki satu kendaraan, manusia ingin menambahnya menjadi dua. Tangan manusia sudah memegang dua gadget, ternyata masih ingin tiga, empat, dan lima. Tapi untuk shalat, jika bisa satu menit, kenapa harus ditambah menjadi dua menit.Jika bisa dipercepat, kenapa tarawih harus diperlambat?

    Di bulan puasa ini, Allah terlalu banyak disakiti. Itu manusia lebih berharap kepada maghrib dengan berbagai makanan yang disiapkan. Ada yang mengejar kesegaran takjil, dibela-belain antri, dan setiap sore dirindukan.

    Padahal di dekat manusia, Allah menunggu dipanggil-panggil. Bersyukurlah jika salah rindu itu ditolong oleh do’a yang diucapkan.
    Tak lebih dari seminggu, Ramadlan akan pergi meninggalkan. Sebelum terlambat, mari khususkan waktu akhir ini untuk menambal lobang-lobang kebodohan.

    Kepada Allah jangan membuat hitungan. Nanti dibalikkan dalam pertanyaan-pertanyaan. Sedikitpun manusia tidak akan mampu memberikan jawaban. Yang terbaik dari jawaban adalah pengabdian.

    Di sisa waktu ini, mari ingat Allah, kita sebut Dia, kita sucikan anggota badan kita, jiwa beserta pikiran, kita rasakan belaian-Nya, untuk kekuatan perjalanan. Tidak ada kata untuk terlambat. Malam qadar itu pasti secara sengaja diberikan Allah kepada hamba-hambanya. Apalagi bagi mereka yang setia bersama-Nya, dalam dzikr, dalam sujud, dalam do’a (shalat), Kuncinya ‘jangan buat Allah cemburu’.

    Wallahu a’lam.

    Loading

    Leave a Reply

    Your email address will not be published.

    Social media & sharing icons powered by UltimatelySocial